Dear MySelf

 

Aku Kembali lagi menulis di malam yang begitu melelahkan ini,  Bukan karena aku tak ingin beristirahat,

Rasanya aku ingin mengosongkan isi kepala ku yang penuh ini. Aku baru saja selesai menonton sebuah film berjudul “Black Swan” yang cukup menarik, aku sepertimerasakan emosi pemain bernama Nina seorang ballerina yang penuh ambisi agar dapat menjadi karakter yang sempurna. Hingga disaat ia ingin menjadi sempurna membuat dia menjadi seorang yang menghalalkan berbagai cara dengan ambisi yang dilakukan. Menjadi sempurna terkadang tak selalu memiliki akhir yang baik, Gambaran dari sebuah “Black Swan” menjadi sempurna membuat seseorang jadi monster dalam dirinya, kadang gambaran diri nina adalah diri kita masing – masing. Berusaha terlihat Sempurna dimata orang lain, hingga kehilangan diri kita sendiri, Sempurna ternyata kerap membuat diri terluka.

Malam yang Panjang ini aku habiskan hanya dengan overthinking yang Kembali datang, entahlah aku benci dengan diriku yangt terlalu banyak berpikir. Tapi aku tidak bisa memilih menjadi diriku yang sekarang.

Saat bercerita tentang apa yang aku rasakan dan pikirkan pada orang terdekat selalu penuh rasa kecewa, Ah mungkin harus aku yang paham, karena tak semua manusia memiliiki sifat sebagai pendengar. Kadang aku merutuki diriku yang lemah ini. Yang bisa kulakukan hanyalah menulis sebagai tempat mencurahkan perasaan yang tak bisa aku ceritakan kepada orang lain. Rasanya saat bercerita dengan orang terdekat dan mendapat respon sperti yang tidak kita inginkan terlihat seperti sebuah penyesalan. Aku berpikir mungkin tak semua orang mau menjadi pendengarku. Tapi apakah ada yang mau jadi pembacaku. Rasanya seperti mustahil. Bahkan orang terdekat ku saja tak pernah ingin mendengarkan ku. Apalagi orang yang tak ku kenal dan berharap mereka menjadi pembaca setia tulisanku. Pemikiran seperti apa ini?

 Ya seperti itulah dewasaku, kadang menakutkan tak seperti yang kukira saat remaja dulu. Mungkin normalnya manusia selalu berharap hal – hal baik terjadi saat dewasa, namun hidup yang dinamis dan tak bisa diprediksi, “Life is not about being happy, sometimes you can say you are very happy, but sometimes when the mood is down, it’s okay if you are not happy”. Take your time and back to yourself, Life is not a rush, you can stop for a moment and take a rest”.

Dewasa ku yang menyakitkan, akupun Lelah dengan kompetisi lingkungan social, mungkin orang akan berpikir sebegitu lemahnya atau aku akan dicap sebagai orang takut akan perubahan, takut kompetisi, dan tak memiliki rasa berjuang.

Apakah salah aku tak ingin menjadi seseorang yang harus memenuhi standar orang dewasa pada umumnya?

Rasanya menjadi aku adalah suatu kesalahan yang tercipta, seharusnya aku tak pernah ada. Bahkan hal – hal yang bukan aku lakukan pun seperti adalah kesalahanku. Ah sunggugh sakitnya menjadi aku yang dewasa ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Dewi

Matahari Sore