Dear My Self

 

Kenapa hari begitu menyiksa Ketika dewasa? Bahkan aku tak pernah terpikir akan sesusah ini tuk dijalani. Ketakutan, kecemasan dan keraguan seolah menjadi bom yang siap meledak yang tak bisa aku lenyapkan. Begitu berat Ketika ingin menutup mata, menangis tanpa bisa meneteskan air mata. Kemuakkan yang harus dilakoni setiap hari.  Bahkan aku tak bisa menangis Ketika aku sakit. Menahan perasaan itu tak baik tapi ku lakukan seakan aku seperti manusia yang mati rasa. Sakit… kenapa yang di dalam ini semakin terasa sakit seiring bertambah dewasa aku.

Aku mendapati diriku memeluk diri sendiri yang begitu malang, seorang yang tak bisa memenuhi kemauan orangtuanya. Seorang yang gagal dalam banyak hal, seorang yang sedang menanti cita – citanya. Hingga tak tau apa definisi Bahagia untuk dirinya. Apakah Ia Bahagia melakukan itu semua? Apakah benar – benar melakukan itu untuk dirinya?.  Aku mendapati diriku kesal menjadi dewasa yang gagal. Aku bukan menjadi aku yang seutuhnya, aku diharuskan bisa dalam hal apapun tanpa pernah tau apakah aku baik – baik saja.

Aku tidak begitu baik dalam menulis kata – kata ini, aku hanya ingin menuliskan apa yang ingin ku tulis dari yang kurasa. Tulisan ini merupakan setengah Lukaku yang tercipta. Dan seberapa kuat aku menhan semakin aku terluka untuk setiap hal yang kurasa. Bagaimana itu harus selalu baik – baik saja, tapi sungguh itu tidak baik – baik saja. Sakit yang sungguh amat menyakitkan untuk malam yang Panjang dengan sejuta kata yang berputar dalam sistem otak manusia. Mau Gila setengah mati? Aku rasa taka da yang peduli itu. Karena kita hanyalah pelakon yang pandai menukar topeng kedukaan jadi keceriaan. Menjadi manusia palsu adalah keahlian yang dibutuhkan untuk bertahan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Dewi

Dear MySelf

Matahari Sore