Dear MySelf
;
Hai apakabar diriku…
Bagaimana malam yang telah kamu lalui?
Lelahkah?
Apakah kamu masih menangis?
Tidak apa – apa mereka semua lebih dari kamu.
Aku tau hati kamu sakit bukan karena iri dengan mereka
Tapi kadang terkadang itu yang dinamakan proses kehidupan
Bahkan kita seperti kecil dan gak ada apa – apanya.
Aku yakin bukan karena kamu gak bisa seperti mereka
Lalu kehidupanmu berakhir begitu saja
Jangan membuat halaman ini berakhir begitu saja
Masih banyak lembar – lembar kosong yang harus kamu isi
Tak mengapa menulislah sebanyak mungkin
Rasa sakit yang kamu alami,
Seperti lembar – lembar kosong yang harus kita tulis penuh setiap halaman.
Tak perlu terburu – buru untuk selesai.
Karena ini bukanlah kompetisi.
Perasaan bukanlah suatu paksaan yang harus selalu kamu tuliskan
Bahkan dalam heningpun kamu bisa mengungkapkan apa yang kamu rasa.
Dear MySelf…
Kita tak pernah tahu ending dari skenario semesta ini,
Kita tak pernah tahu apa yang akan menanti di depan kita
Tapi saat memilih suatu keputusan adalah awal dari sebuah perubahan.
Walau terkadang keputusan yang kita ambil bisa membuat kita jatuh.
Jatuh yang membawa pada perubahan hidup kita
Terkadang di titik terendah tak selamanya buruk.
Karena Bahagia pun tidak harus selalu di puncak prestasi.
Proses mengenal diri sendiri
Dan menerima diri sendiri
adalah pelajaran seumur hidup
Mungkin kita bisa mengenal diri kita,
Namun mengakui diri sendiri adalah hal sulit.
Kita dibesarkan di lingkungan yang begitu keras akan persaingan.
Dan berusaha menjadi seperti orang lain.
Yang pada akhirnya kita melupakan sisi diri kita yang lain
Diri kita yang harusnya kita hargai terlebih dahulu
Diri kita yang harus kita cintai kekurangannya.
Mengakui rasa sakit dan kecewa adalah hal sulit
Tapi bagaimana seharusnya kamu bisa menerima dirimu dan berdamai dengan perasaanmu.
Dear MySelf…
Mari kita lanjutkan cerita yang semesta telah buat ini.
Menjadi cerita versi diri terbaik kita.
Komentar
Posting Komentar